SMAN 1 Tulungagung Disorot Masyarakat Kritis : Adanya Sumbangan Rp1,4 Juta yang Memberatkan Wali Murid

Tulungagung,kompasnusantara.id – SMAN 1 Tulungagung kembali menjadi trending topik perbincangan publik. Setelah kasus pengusiran wartawan beberapa minggu lalu mencuat, kini muncul keluhan dari wali murid terkait adanya sumbangan sebesar Rp1,4 juta yang disebut untuk pembangunan lapangan sekolah. Keluhan ini beredar luas di media sosial dan menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. 20/12/2024

Berdasarkan informasi yang dihimpun, beberapa wali murid mengeluhkan besarnya nominal sumbangan tersebut. Dalam percakapan yang terdengar oleh awak media, dua orang tua siswa, berinisial E dan S, mengungkapkan bahwa mereka merasa keberatan dengan tarikan tersebut. Namun, mereka terpaksa menyetujui karena khawatir anak mereka menjadi korban perundungan jika menyatakan ketidaksetujuan secara terbuka.


“Kami diminta berkumpul untuk persetujuan sumbangan. Padahal, sebenarnya kami sangat keberatan. Tapi, kasihan anak-anak kalau kami menolak,” ujar salah satu wali murid dengan nada kesal.


Sementara itu, masyarakat turut menyoroti hal ini di media sosial. Sebuah postingan di grup Facebook "WT" oleh akun bernama Mulyanto mengungkapkan adanya tarikan sebesar Rp800 ribu di sekolah tersebut. Dalam waktu satu jam, postingan tersebut mendapat 118 like dan 164 komentar yang mayoritas mengecam kebijakan tersebut.


Kepala Pengawasan Mercu Sosial Impact, Mas Adi, menilai bahwa modus pengumpulan sumbangan semacam ini sering digunakan untuk menghindari pelanggaran hukum. “Sumbangan itu harusnya sukarela, bukan melalui pengumpulan wali murid yang seolah dipaksa menyetujui. Kalau ada yang tidak setuju, mereka takut anaknya terkena dampak sosial. Ini bisa jadi masalah hukum jika Aparat Penegak Hukum (APH) ingin memproses,” tegas Mas Adi.


Mas Adi juga menyoroti kesulitan dalam berkomunikasi dengan pihak sekolah, terutama dengan kepala sekolah. Kasus pengusiran wartawan beberapa waktu lalu disebut menunjukkan kurangnya transparansi institusi tersebut. "Sudah beberapa kali saya dengar keluhan dari aktivis terkait kepala sekolah yang sulit ditemui. Bahkan, ada satpam yang berani mengusir wartawan dengan arogan,” tambahnya.


Dalam upaya mencari klarifikasi, beberapa awak media mencoba menghubungi pihak sekolah melalui WhatsApp. Namun, hingga berita ini diturunkan, tidak ada tanggapan dari pihak sekolah.


Mas Adi mengusulkan agar aktivis di Tulungagung bergerak bersama untuk melakukan audiensi dengan pihak sekolah. "Kita buat grup WhatsApp dan datangi bersama. Masalah seperti ini tidak bisa dibiarkan," tutupnya.


Polemik ini memunculkan pertanyaan besar tentang transparansi dan akuntabilitas pengelolaan sekolah di SMAN 1 Tulungagung. Masyarakat berharap adanya respons dan tindakan tegas dari pihak terkait untuk menyelesaikan masalah ini secara adil.


( Red )

Posting Komentar

0 Komentar